Rabu, 08 Desember 2010

ANALISIS BANGUNAN PUBLIK DI DEPOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE TERUKUR

ANALISIS BANGUNAN PUBLIK DI DEPOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE TERUKUR

Definisi Kritik Terukur :

Kritik Terukur yaitu: metode kritik dengan melihat ukuran dan besaran ruang yang digunakan dalam sebuah bangunan dengan acuan standarisasi dengan bangunan lainnya. dan juga dapat mengacu pada standarisasi yang telat ditetapkan dalam Data Arsitektur (Neufert Architect's Data) dan Time Saver

Objek yang akan dianalisis adalah : Aparteman Margonda, Depok



Apartemen Margonda terletak di Jl. Margonda Raya, Pondok Cina, Beji,Depok dengan gedung berdesain modern minimalis. Apartemen Margonda juga didukung dengan ruko yang berada di bagian depan apartemen. Margonda residence merupakan apartemen dan sekaligus shophouse pertama yang hadir di kota depok. dibangun diatas lahan seluas 1,5 ha dan memiliki tinggi 20 lantai dengan kontur tanah berbukit. kehadiran Margonda Residence dengan disain akses centre bridge dan roof garden penghubung antar apartemen manambah keindahan serta menjadi landmark kota depok.


Apartemen margonda dibangun dengan struktur core dan kolom yang terbentuk dengan metode perancangan grid yang memudahkan membentuk fungsi-fungsi ruang tertentu. Acuan dari pendesainan ruang tersebut sebenarnya terbentuk dari kebutuhan space, perhitungan ruang tersebut diukur dari space ruang yang terdapat dari 'personal space' manusia, sehingga pendesaianan ruang tersebut diperuntukan seberapa banyak manusia yang bisa masuk kedalam bangunan tersebut. Untuk denah kamar yang ada semua terbentuk dengan tipikal.sesuai dengan ukuran dan kebutuhan penghuni.

Kamar tidur
dapur
Ruang serbaguna
Detail rancangan interior

Dari semua ruang yang ada di Apartemen Margonda sudah terbentuk sesuai ukuran kebutuhan perhuni dengan memakai skala normal manusia. Serta luas ruang yang di dapat dari dimensi perabot / furniture yang ada dan mengisi ruang kamar tersebut.


Koridor sebagai salah satu fasilitas ruang bersama dan sebagai penghubung antar ruang yang terlihat teratur dengan bentuk grid yang ada sebagai metode perancangannya. Penggunaan metode Grid tersebut bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan fungsi pada ruang tersebut. Dengan plafond yang cukup tinggi maka ruang koridor ini terkesan lebih luas.

Taman,kolam renang dan lapangan

Plaza yang berada di tengah

Ruang terbuka / open space yang ada di Apartemen Margonda di desain sesuai dengan ukuran kebutuhan open space dan jumlah penghuni apartemen sehingga fasilitas publik ini bisa dinikmati oleh seluruh penghuni dengan nyaman dan penghuni dapat melakukan berbagai aktifitas di dalamnya seperti: bersantai,bermain,menunggu,olahraga,berkomunikasi sosial dengan penghuni yang lain.

KESIMPULAN:

Dari hasil analisis dengan metode terukur dapat disimpulkan bahwa bangunan Apartemen Margonda merupakan bangunan yang sudah direncanakan secara matang dan terukur. Perencanaan pada bangunan dengan struktur core dan kolom pada denah menggunakan metode Grid yang dapat memaksimalkan fungsi dari ruang tersebut secara maksimal, dan pada interior kamarnya dibuat sesuai ukuran kebutuhan manisia,dimensi furnituredan skala normal, sehingga seseorang yang berada didalamnya dapat merasakan kenyamanan dan tenang, dan juga fungsi open sapce tersebut berfungsi dengan baik, karena keberadaan open space dalam suatu bangunan sangat penting sebagai fasilitas pendukung yang disediakan untuk kenyamanan penghuni apartemen itu sendiri.

Senin, 17 Mei 2010

KEPADATAN DAN KESESAKAN





KEPADATAN (DENSITY)





A. Pengertian
- Menurut Sundstorm : Sejumlah manusia dalam setiap unit ruangan.
- Menurut Sarwono : Suatu keadaan akan dikatakan semakin padat bilajumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin banyak dibandingkan luas ruangan.

B. Katagori Kepadatan
1. Menurut Altman (dalam studi tahun 1920-an) : Variasi indikator kepadatan berhubungan dengan tingkah laku sosial :
- Jumlah individu dalam sebuah kota
- Jumlah Individu pada daerah sensus
- Jumlah individu pada unit tempat tinggal
- Jumlah ruangan pada unit tempat tinggal
- Jumlah bangunan pada lingkungan sekitar
2. Menurut Jain (1987) : Tingkat kepadatan penduduk dipengaruhi oleh unsure-unsur :
- Jumlah individu pada setiap ruang
- Jumlah ruang pada setiap unit rumah tinggal
- Jumlah unit rumah tinggal pada setiap struktur hunian
- Jumlah struktur hunian pada setiap wilayah pemukiman

Teori Kepadatan Menurut Halohan
1. Kepadatan Spasial (Spasial Density)
Terjadi bila besar atau luas ruangan diubah menjadi lebih kecil atau sempit, sedangkan jumlah individu tetap.
2. Kepadatan Sosial (Social Density)
Terjadi bila jumlah individu ditambah tanpa diiringi penambahan luas ruang.



Teori Kepadatan Menurut Altman
1. Kepadatan Altman (Inside Density)
Jumlah individu dalam suatu ruangan atau tempat tinggal.
2. Kepadatan Luar (Outside Density)
Sejumlah individu yang berada pada suatu wilayah tertentu

C. Akibat Kepadatan Yang Tinggi
1. Menurut Taylor :
- Lingkungan sekitar merupakan sumber yang penting dalam mempengaruhisikap, perilaku dan keadaan internal individu di suatu tempat tinggal
- Rumah dan lingkungan pemukiman yaitu yang nyaman member kepuasan psikis
2. Menurut Schrr :
Kualitas pemukiman mempengaruhi persepsi diri, strss, kesehatan fisik.
Kualitas pemukiman mempengaruhi perilaku dan sikap individu.
3. Heimstra dan Mc. Farling, akibat kepadatan :
Akibat Fisik
Akibat Sosial
Akibat Psikis


KESESAKAN

Kesesakan adalah persepsi individu terhadap keterbatasan ruang, bersifat psikis terjadi bila mekanisme privasi individu gagal berfungsi dengan baik.
1. Menurut Altman :
Kesesakan adalah suatu proses interpersonal pada tingkatan interaksi manusia dalam suatu pasangan atau kelompok kecil.
2. Menurut Baum dan Paulus :
Kepadatan dapat dirasa sebagai kesesakan atau tidak, ditentukan oleh penilaian individu berdasarkan :
a. Karakteristik setting fisik
b. Karakteristik setting social
c. Karakteristik personal
d. Kemampuan beradaptasi
3. Menurut Morris :
Kesesakan sebagai devisit suatu ruang.
4. Menurut Ancok :
Kesesakan timbul dari besar-kecilnya ukuran rumah yaitu menentukan besarnya rasio antara penghuni dan tempat (space) yang tersedia.
5. Menurut Stokols :
a. Kesesakan bukan social (nonsocial crowding)
Faktor-faktor fisik menghasilkan perasaan terhadap ruang yang tidak sebanding.
b. Kesesakan social (social crowding)
Perasaan sesak mula-mula dating dari kehadiran orang lain yang terlalu banyak.
c. Kesesakan molar (molar crowding)
Perasaan sesak yaitu dapat dihubungakan dengan skala luas, populaasi penduduk.
d. Kesesakan molekuer (molekuler crowding)
Perasaan sesak yaitu menganalisis mengenai individu, kelompok kecil dan kejadian-kejadian interpersonal.
6. Menurut Rapoport :
Kesesakan adalah suatu evaluasi subjektif dimana besarnya ruang dirasa tidak mencukupi. Batasan kesesakan melibatkan persepsi seseorang terhadap keadaan ruang yang dikaitkan dengan kehadiran sejumlah manusia. Dimana ruang yang tersedia dirasa terbatas atau jumlah manusianya yang dirasa terlalu banyak.

A. Teori-Teori kesesakan
1. Teoari Beban Stimulus
Kesesakan akan terjadi bila stimulus yang diterima individu terlalu banyak (melebihi kapasitas kognitifnya) sehingga timbul kegagalan dalam memproses stimulus atau info dari lingkungan.
Menurut Keating, Stimulus adalah hadirnya banyak orang dan aspek-aspek interaksinya, kondisi lingkunga fisik yang menyebabkan kepadatan social. Informasi yang berlebihan dapat terjadi karena :
a. Kondisi lingkungan fisik yang tidak menyenangkan
b. Jarak antar individu (dalam arti fisik) yang terlalu dekat
c. Suatu percakapan yang tidak dikehendaki
d. Terlalu banyak mitra interaksi
e. Interaksi yang terjadi dirasa terlalu dalam atau terlalu lama
2. Teori Ekologi
Membahas kesesakan dari sudut proses social
a. Menurut Micklin :
Sifat-sifat umum model pada ekologi manusia :
1. Teori ekologi perilaku : Fokus pada hubungan timbale balik antara manusia dan lingkungan.
2. Unit analisisnya : Kelompok social, bukan individu dan organisasi social memegang peranan penting
3. Menekankan pada distribusi dan penggunaan sumber-sumber material dan sosial
b. Menurut Wicker :
Teori Manning : Kesesakan tidak dapat dipisahkan dari factor setting dimana hal itu terjadi.
3. Teori Kendala Perilaku
Kesesakan terjadi karena adanya kepadatan sedemikian rupa sehingga individu merasa terhambat untuk melakukan sesuatu.Kesesakan akan terjadi bila system regulasi privasi seseorang tidak berjalan secara efektif lebih banyak kontak social yang tidak diinginkan. Kesesakan timbul karena ada usaha-usaha yang terlalu banyak, yang butuh energy fisik maupun psikis, guna mengatur tingkat interaksi yang diinginkan.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesesakan
1. Faktor Personal
a. Kontrol Pribadi dan Locus Of Control; Selligman, dkk :
Kepadatan meningkat bias menghasilkan kesesakan bila individu sudah tidak punya control terhadap lingkungan sekitarnya. Control pribadi dapat mengurangi kesesakan. Locus Of Control ibternal : Kecendrungan individu untuk mempercayai (atau tidak mempercayai) bahwa keadaab yang ada di dalam dirinya lah yang berpengaruh kedalam kehidupannya.
b. Budaya, pengalaman dan proses adaptasi
Menurut Sundstrom : Pengalaman pribadi dalam kondisi padat mempengaruhi tingkat toleransi.
Menurut Yusuf : Kepadatan meningkat menyebabkan timbulnya kreatifitas sebagai intervensi atau upaya menekankan perasaan sesak.
c. Jenis kelamin dan usia
Pria lebih reaktif terhadap kondisi sesak
Perkembangan, gejala reaktif terhadap kesesakan timbul pada individu usia muda.
2. Faktor Sosial
a. Kehadiran dan perilaku orang lain
b. Formasi koalisi
c. Kualitas hubungan
d. Informasi yang tersedia
3. Faktor Fisik
- Goves dan Hughes : Kesesakan didalamnya rumah berhubungan dengan factor-faktor fisik, jenis rumah, urutan lantai, ukuran, suasan sekitar.
- Altman dan Bell, dkk : Suara gaduh,panas, polusi, sifat lingkungan, tipe suasana, karakteristik setting mempengaruhi kesesakan.

C. Pengaruh Kesesakan terhadap Perilaku
Lingkungan sesak => aktifitas seseorang terganggu => interaksi interpersonal yang tidak diinginkan => mengganggu individu mencapai tujuan => gangguan norma meningkat ketidaknyamanan => penarikan diri dan menurunnya kualitas hidup.
Pengaruh Negatif Kesesakan ;
Penurunan-penurunan Psikologis : perasaan kurang nyaman, stress, cemas, suasana hati yang kurang baik, prestasi menurun, agresifitas meningkat, dan lain-lain.
Malfungsi Fisiologis : Meningkatnya tekanan darah dan detak jantung, penyakit-penyakit fisik.
Hubungan Sosial Individu : Kenakalan remaja, menurunnya sikap gotong royong, menarik diri, berkurangnya intensitas hubungan social, dll.

Asumsi Konsekuensi Negatif dari Kesesakan :
1. Model beban stimulus
2. Model kendala perilaku
3. Model ekologi
Perilaku negative akibat sesak dan padat hanya terjadi pada situasi dimana pilihan-pilihan yang tersedia sedikit.
4. Model atribusi
Akibat negative kepadatan dan kesesakan hanya terjadi pada tempat dan situasi teryentu.
5. Model aurosal
Kepadatan dan kesesakan menyebabkan terstimulinya perangkat-perangkat fisiologis tekanan darah meningkat.

Sumber ;

http://mariachrisnatalia.blogspot.com/2010/04/kepadatan-kesesakan-personal-space_25.html

Jumat, 09 April 2010

Personal space / Privacy danTeritorial manusia

Personal space/ruang pribadi adalah kawasan sekitarnya seseorang yang mereka anggap sebagai psikologis mereka. Invasi ruang pribadi sering menyebabkan ketidaknyamanan, kemarahan, atau kecemasan pada pihak korban. Gagasan ruang pribadi berasal dari Edward T. Hall , yang gagasannya dipengaruhi oleh Heini Hediger.


ruang pribadi Seseorang (dan sesuai zona kenyamanan ) adalah sangat bervariasi dan sulit untuk mengukur secara akurat. Perkiraan tempat itu sekitar 24,5 inci (60 cm) di kedua sisinya, 27,5 inci (70 cm) di depan dan 15,75 inci (40 cm) di belakang untuk orang Barat rata-rata.



Ruang pribadi adalah sangat bervariasi. Mereka tinggal di sebuah tempat yang berpenduduk padat cenderung memiliki ruang pribadi yang lebih kecil.Warga India cenderung memiliki ruang pribadi lebih kecil daripada di Mongolia padang rumput, baik dalam hal rumah dan individu. Untuk contoh yang lebih rinci, lihat kontak Tubuh dan ruang pribadi di Amerika Serikat.
Ruang pribadi telah berubah historis bersama dengan batas-batas publik dan swasta dalam budaya Eropa sejak Kekaisaran Romawi. Topik ini telah dieksplorasi dalam A History of Private Life, di bawah redaktur umum Philippe Aries dan Georges Duby, diterbitkan dalam bahasa Inggris oleh Belknap Press.
ruang pribadi adalah juga dipengaruhi oleh posisi seseorang dalam masyarakat dengan individu-individu lebih makmur menuntut ruang pribadi yang lebih besar. Orang membuat pengecualian terhadap, dan memodifikasi persyaratan ruang mereka. Misalnya dalam pertemuan romantis tegangan dari jarak dekat yang memungkinkan ruang pribadi dapat ditafsirkan kembali ke semangat emosional. Selain itu, sejumlah hubungan memungkinkan untuk ruang pribadi untuk dimodifikasi dan ini termasuk hubungan keluarga, mitra romantis, persahabatan dan kenalan dekat di mana tingkat yang lebih besar dari kepercayaan dan pengetahuan seseorang memungkinkan ruang pribadi harus dimodifikasi.

Privasi adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mengasingkan diri mereka sendiri atau informasi tentang diri mereka sendiri dan dengan demikian mengungkapkan sendiri selektif. Batas-batas dan isi dari apa yang dianggap pribadi berbeda antara budaya dan individu, tapi berbagi tema-tema umum dasar. Privasi kadang-kadang terkait dengan anonimitas , keinginan untuk tetap diperhatikan atau tak dikenal di ranah publik. Bila ada sesuatu yang pribadi ke seseorang, biasanya berarti ada sesuatu dalam diri mereka yang dianggap inheren khusus atau pribadi sensitif. Tingkat dimana informasi pribadi yang terkena karena itu tergantung pada bagaimana masyarakat akan menerima informasi ini, yang berbeda antara tempat dan dari waktu ke waktu Privasi lebih luas daripada keamanan dan termasuk konsep penggunaan dan perlindungan informasi.


Privacy berarti :
Keinginan seseorang untuk tidak di ganggu kesendiriannya.
Dorongan untuk melindungi ego sendiri dari gangguan orang lain.
Area dimana hanya dirinya dan orang-orang tertentu saja yang boleh memasukinya.
Tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki oleh seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. Tingkatan Privasi yang diinginkan menyangkut keterbukaan dan ketertutupan, yaitu adanya keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain, atau justru ingin berusaha supaya sukar dicapai orang lain.
Privacy memiliki 2 jenis penggolongan,
1. Golongan yang berkeinginan untuk tidak diganggu secara fisik.
a. Keinginan untuk menyendiri (solitude)
Misalnya ketika seseorang sedang dalam keadaan sedih dia tidak ingin di ganggu oleh siapapun.
b. Keinginan untuk menjauhkan dari pandangan atau gangguan suara tetangga / lalu lintas (seclusion)
Misalnya saat seseorang ingin menenangkan pikirannya , ia pergi ke daerah pegunungan untuk menjauhkan diri dari keramaian kota.
c. Keinginan untuk intim dengan orang-orang tertentu saja, tetapi jauh dari semua orang (intimacy)
Misalnya orang yang pergi ke daerah puncak bersama orang-orang terdekat seperti keluarga.


2. Golongan yang berkeinginan untuk menjaga kerahasiaan diri sendiri yang berwujud dalam tingkah laku hanya memberi informasi yang dianggap perlu.
a. Keinginan untuk merahasiakan jati diri (anaonimity)
b. Keinginan untuk tidak mengungkapkn diri terlalu banyak kepada orang lain (reserve)
c. Keinginan untuk tidak terlibat dengan tetangga (not neighboring)


Sumber :
http://en.wikipedia.org/wiki/Personal_space
http://en.wikipedia.org/wiki/Privacy
Dharma, Agus. Seri Diktat Kuliah Teori Arsitektur 2. Gunadarma, Depok, 1998

Minggu, 28 Maret 2010

perilaku manusia pada open space

PERILAKU MANUSIA DI OPEN SPACE

Perilaku manusia di ruang terbuka nampaknya menjadi topic yang menarik untuk di bahas. Masalah umum tentang ruang terbuka dalam permasalahan perkotaan adalah kurang tersusunnya perkembangan perkotaan dan menurunnya kualitas lingkungan hidup, yang berakibat pada perubahan perilaku masyarakat yang kontra produktif dan berdampak menimbulkan kerugian/bencana. Selain itu, perubahan perilaku masyarakat akibat kurangnya ruang kota yang dapat menyalurkan kebutuhan interaksi sosial dan pelepas ketegangan yang dialami oleh masyarakat perkotaan. Sebelum membahas lebih lanjut tentang Perilaku Manusia di Ruang Terbuka, ada baiknya kita mengetahui arti dari perilaku manusia dan ruang terbuka itu sendiri.

Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Penulusuran pola perilaku manusia berkaitan dengan tatanan lingkungan binaan / fisik.

Menurut Gunadi (1995) dalam perencanaan ruang kota (townscapes) dikenal istilah Ruang Terbuka (open space), yakni daerah atau tempat terbuka di lingkungan perkotaan. RT berbeda dengan istilah ruang luar (exterior space), yang ada di sekitar bangunan dan merupakan kebalikan ruang dalam (interior space) di dalam bangunan. Definisi ruang luar, adalah ruang terbuka yang sengaja dirancang secara khusus untuk kegiatan tertentu, dan digunakan secara intensif, seperti halaman sekolah, lapangan olahraga, termasuk plaza (piazza) atau square.Sedang: ‘zona hijau’ bisa berbentuk jalur (path), seperti jalur hijau jalan, tepian air waduk atau danau dan bantaran sungai, bantaran rel kereta api, saluran/ jejaring listrik tegangan tinggi, dan simpul kota (nodes), berupa ruang taman rumah, taman lingkungan, taman kota, taman pemakaman, taman pertanian kota, dan seterusnya, sebagai Ruang Terbuka (Hijau).

Ruang Terbuka (RT), tak harus ditanami tetumbuhan, atau hanya sedikit terdapat tetumbuhan, namun mampu berfungsi sebagai unsur ventilasi kota, seperti plaza dan alun-alun. Tanpa RT, apalagi RTH, maka lingkungan kota akan menjadi ‘Hutan Beton’ yang gersang, kota menjadi sebuah pulau panas (heat island) yang tidak sehat, tidak nyaman, tidak manusiawi, sebab tak layak huni.

Ruang terbuka disebut Taman Kota (park), yang berada di luar atau di antara beberapa bangunan di lingkungan perkotaan, semula dimaksudkan pula sebagai halaman atau ruang luar, yang kemudian berkembang menjadi istilah Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota, karena umumnya berupa ruang terbuka yang sengaja ditanami pepohonan maupun tanaman, sebagai penutup permukaan tanah. Tanaman produktif berupa pohon bebuahan dan tanaman sayuran pun kini hadir sebagai bagian dari RTH berupa lahan pertanian kota atau lahan perhutanan kota yang amat penting bagi pemeliharaan fungsi keseimbangan ekologis kota.

Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau. Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi (endemik maupun introduksi) guna mendukung manfaat ekologis, sosial-budaya dan arsitektural yang dapat memberikan manfaat ekonomi (kesejahteraan) bagi masyarakatnya (Lokakarya RTH, 30 November 2005).

Sementara itu ruang terbuka non-hijau dapat berupa ruang terbuka yang diperkeras (paved) maupun ruang terbuka biru (RTB) yang berupa permukaan sungai, danau, maupun areal-areal yang diperuntukkan khusus sebagai area genangan (retensi/retention basin).

Peran dan Fungsi RTH

Dalam masalah perkotaan, RTH merupakan bagian atau salah satu sub-sistem dari sistem kota secara keseluruhan. RTH sengaja dibangun secara merata di seluruh wilayah kota untuk memenuhi berbagai fungsi dasar yang secara umum dibedakan menjadi:

  • �� Fungsi bio-ekologis (fisik), yang memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (’paru-paru kota’), pengatur iklim mikro, agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar, sebagai peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitat satwa, penyerap (pengolah) polutan media udara, air dan tanah, serta penahan angin;

  • Fungsi sosial, ekonomi (produktif) dan budaya yang mampu menggambarkan ekspresi budaya lokal, RTH merupakan media komunikasi warga kota, tempat rekreasi, tempat pendidikan, dan penelitian;

  • Ekosistem perkotaan; produsen oksigen, tanaman berbunga, berbuah dan berdaun indah, serta bisa mejadi bagian dari usaha pertanian, kehutanan, dan lain-lain;

  • Fungsi estetis, meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik (dari skala mikro: halaman rumah, lingkungan permukiman, maupun makro: lansekap kota secara keseluruhan). Mampu menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota. Juga bisa berekreasi secara aktif maupun pasif, seperti: bermain, berolahraga, atau kegiatan sosialisasi lain, yang sekaligus menghasilkan ’keseimbangan kehidupan fisik dan psikis’. Dapat tercipta suasana serasi, dan seimbang antara berbagai bangunan gedung, infrastruktur jalan dengan pepohonan hutan kota, taman kota, taman kota pertanian dan perhutanan, taman gedung, jalur hijau jalan, bantaran rel kereta api, serta jalur biru bantaran kali.

Fungsi ideal penyelenggaraan RTH di perkotaan adalah :sebagai identitas (bio-geofisik) kota
- upaya pelestarian plasma nuftah
- penahan dan penyaring partikel padat dari udara
- mengatasi genangan air
- produksi (terbatas)
- ameloriasi iklim
- pengelolaan sampah
- pengelolaan sampah
- pelestarian air tanah
- penapis cahaya silau
- meningkatkan keindahan
- habitat flora/fauna
- mengurangi stress
- mengamankan pantai terhadap abrasi
- meningkatkan industri pariwisata
- lokasi evakuasi terhadap bencana.


Perilaku atau aktivitas manusia pada taman jababeka Cikarang Baru


Funbike Jababeka/Cikarang Baru hari minggu 2 Agt 2009 kemarin. Berbeda dengan funbike yang lalu kali ini funbike start dan finish di Plaza JB.

Kegiatan Jalan Santai dalam rangka 5 tahun Plaza JB, Kota Jababeka, Cikarang Baru, Kab Bekasi. Kegiatan pada 30-3-2008 diikuti sekitar 2000an peserta (perkiraan saya saja)

Perilaku atau aktivitas manusia pada taman Menteng

Salah satu contoh Ruang Terbuka Publik yang terdapat di Jakarta adalah Taman Menteng.

Halte Taman Menteng

Taman Menteng yang ada sekarang dapat dikatakan sebagai suatu laboratorium yang juga dapat ditujukan bagaimana mengubah perilaku masyarakat yang maunya semua serba mudah. Masyarakat yang malas berjalan kaki, tidak mau berkeringat, dan kepanasan. Lihat saja, bagaimana trotoar baru di sepanjang Sudirman, Thamrin, Kuningan yang sedemikian lebarnya saja tak ramai dinikmati. Perlu waktu untuk merubah perilaku masyarakat kita.


Selasa, 16 Maret 2010

LATIHAN SKETSA DOANG.......^_^

ehm,,,,,,,,,,,dari dulu gw emang ga jago sketsa, makanya gambar gw jelek heheheheh,,,,yah maklumlah mang ga bakat kali ya ( masuk arsitek kan ga harus jago sketsa ,,tp klo belajar ya HARUS ,,,,yoi ga guyz???? )
Sketsa ini gw bikin kebanyakan ga pake konsep ( ya,,,asal ja di doang hehehe...) ehm,,,yang penting keliatan ekstrim ja heheheh....
yah w sih emang ga ngerti banget tentang EXTREME BUILDING..
Menurut gw EXTREME BUILDING tuh tergantung cara pandang kita :
1. ekstrim karna bentuk bangunannya yang ga logis
2. ekstrem karna di bangun di tempat2 yang ga lazim ja ( kaya di tengah laut,tebing,dll deh)